Featured Post
5 Jenis Klien yang Harus Dihindari Developer Pemula
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Waktu pertama kali gue terjun sebagai freelance developer, gue punya prinsip sederhana: “yang penting ada proyek.” Bahkan kalau fee-nya kecil dan revisinya panjang, gue sikat saja. Tapi seiring pengalaman bertambah, gue mulai sadar kalau bukan semua klien itu pantas diambil. Ada klien yang bikin lo berkembang, ada juga yang bikin lo pengen berhenti dari dunia website development seketika.
Artikel ini gue susun dari pengalaman pribadi, curhatan teman-teman sesama developer, dan pola yang terus berulang di industri ini. Kalau lo baru mulai jadi developer, ini semacam peta peringatan supaya lo nggak kecemplung ke jurang yang sama seperti gue dulu.
Klien Penawar Harga Ekstrem: “Bisa Setengah Harga, Mas?”
Dari semua tipe klien bermasalah, ini yang paling sering muncul. Mereka datang dengan nada ramah, tapi kalimat pertamanya sudah bikin alis naik.
“Mas, saya butuh website seperti marketplace. Budget saya 300 ribu ya?”
Waktu masih pemula, gue sering bingung mau nolak gimana. Tapi setelah beberapa proyek yang melelahkan, gue sadar satu hal penting: klien yang fokusnya cuma harga, jarang menghargai proses.
Ciri-ciri awal yang perlu diwaspadai
-
Selalu membandingkan harga lo dengan jasa super murah
-
Menawar tanpa henti
-
Menganggap semua fitur “gampang” dibuat
-
Tidak tertarik dengan workflow atau kualitas
Dalam pekerjaan website development, yang lo jual bukan cuma kode. Lo jual waktu, tenaga, pemikiran, dan problem solving. Kalau dari awal mereka nggak menghargai itu, besar kemungkinan di akhir proyek mereka tetap akan menuntut hal yang nggak masuk akal.
Pengalaman pribadi
Gue pernah ambil proyek harga teman, tapi revisinya nggak pernah selesai. Lama-lama gue sadar, bukan masalah “harga murah". Masalahnya mereka memang nggak respect sama kerja developer. Setelah itu, gue mulai lebih tegas. Dan anehnya, setelah gue mulai bilang “nggak”, justru klien yang lebih serius mulai berdatangan.
Klien yang Tidak Tahu Apa yang Mereka Inginkan
Ini tipe klien yang kelihatannya mudah, tapi justru bikin kepala cenat-cenut. Mereka bilang:
“Saya sih bebas aja, mas. Masnya bikin yang bagus.”
Kedengarannya simple, tapi begitu proyek berjalan, arahnya berubah setiap hari. Hari ini mau warna biru, besok mau minimalis, lusa mau ala website fintech.
Kenapa tipe ini berbahaya?
Karena mereka sendiri tidak punya kejelasan tentang tujuan website mereka. Tanpa arah, lo akan terus digeser seperti layangan putus.
Dalam dunia website development, brief yang jelas itu kunci stabilitas timeline. Kalau klien tidak punya visi, biasanya lo yang akan disalahkan saat hasilnya tidak sesuai ekspektasi mereka (yang sebenarnya juga berubah-ubah).
Pola yang sering terjadi
-
Tidak punya referensi
-
Memberi instruksi bertentangan
-
“Coba dulu aja”—berulang kali
-
Ingin semua hal sekaligus
-
Tidak bisa mengambil keputusan
Kalau ketemu klien seperti ini, gue biasanya membuat dokumen requirement yang sangat detail. Kalau mereka nggak bisa atau nggak mau mengisi, itu tanda bahwa proyek ini nggak akan sehat.
Klien “Ninja” yang Menghilang Tanpa Jejak
Ini tipe klien yang awalnya aktif banget, tapi begitu proyek butuh keputusan penting, mereka menghilang.
Gue sempat dapat klien begini. Dia kasih brief lengkap, transfer DP, semuanya cepat. Begitu gue kirim desain pertama, dia hilang tiga minggu. Ketika muncul, dia bilang:
“Mas, bisa selesai besok ya? Saya butuh cepat.”
Masalahnya, progress gue tertahan karena menunggu feedback. Dan ketika timeline nggak sesuai ekspektasinya, gue yang disalahkan. Dulu gue stres banget, tapi akhirnya gue mengerti: klien seperti ini harus dikontrol dari hari pertama.
Biasanya pola mereka seperti ini:
-
Balas pesan super lambat
-
Rapat selalu ditunda
-
Feedback tidak pernah lengkap
-
Tiba-tiba muncul dengan permintaan mendesak
Cara mencegah kekacauan
Setelah beberapa kali kena, gue mulai menerapkan kebijakan:
Feedback maksimal 3 hari. Jika lewat, timeline otomatis mundur.
Aturan sederhana ini menyelamatkan banyak proyek gue setelahnya. Dan klien yang serius biasanya sangat menghargainya.
Klien yang Ingin Revisi Tanpa Batas
Ini tipe klien yang bisa menghabiskan energi lebih cepat daripada debugging error yang nggak ketemu-ketemu. Mereka selalu bilang:
“Ini revisi kecil kok, Mas.”
Tapi revisi kecil versi mereka adalah mengganti UI, memindahkan semua layout, menambah fitur baru, dan mengubah alur user flow.
Kenapa harus dihindari?
Karena klien seperti ini biasanya tidak sadar kalau revisi itu punya batas. Dalam website development, revisi besar itu sama saja dengan pekerjaan baru. Sementara mereka menganggap itu sekadar “penyesuaian”.
Tanda-tanda revisi tak berujung
-
Mengubah konsep setelah desain selesai
-
Minta penyesuaian besar tapi tetap menyebutnya minor
-
Revisinya datang sedikit-sedikit tapi terus-menerus
-
Tidak pernah puas dengan hasil apa pun
Kalau lo tidak menetapkan batas revisi sejak awal, mereka akan menggerogoti waktu lo sampai habis.
Gue pernah dapat klien yang minta revisi 17 kali untuk landing page. Iya, tujuh belas. Setelah proyek selesai, gue langsung memperbaiki kontrak untuk memastikan hal serupa nggak kejadian lagi.
Klien yang Tidak Menghargai Profesionalitas
Ini tipe klien yang bisa bikin lo kehilangan semangat kerja dalam waktu singkat. Mereka merasa karena mereka membayar, mereka bisa mengatur semuanya seenaknya.
Tanda-tandanya biasanya jelas:
-
Chat tengah malam dan berharap dibalas
-
Pakai nada tinggi
-
Mengubah deadline sepihak
-
Tidak mau ikut proses kerja
-
Menganggap developer “cuma tukang coding”
Dalam jangka panjang, klien seperti ini bisa merusak pola kerja dan mental lo. Padahal bekerja di dunia website development itu nggak cuma soal teknis—mental developer sama pentingnya.
Pelajaran penting
Dulu gue selalu mengalah karena takut kehilangan pekerjaan. Tapi ternyata, klien seperti ini justru akan terus menginjak kalau lo nggak pasang batasan.
Sekarang, kalau dari awal mereka sudah menunjukkan sikap tidak hormat, gue langsung mundur pelan-pelan. Klien yang baik tidak akan memperlakukan developer seperti itu.
Jadi, Bagaimana Developer Pemula Bisa Menghindari Klien Bermasalah?
Bukan berarti lo harus pilih-pilih klien secara ekstrem. Tapi ada beberapa prinsip dasar yang bisa menyelamatkan lo dari proyek penuh drama.
1. Tetapkan Batasan Sejak Awal
Bikin kontrak sederhana berisi:
-
Scope kerja
-
Jadwal progress
-
Batas revisi
-
Timeline feedback
-
Biaya tambahan
Dengan begitu, semuanya jelas tanpa harus debat di tengah jalan.
2. Dengarkan Intuisi
Kalau dari awal klien terasa “nggak enak”, biasanya benar.
3. Jangan Takut Menolak
Menolak klien yang bikin pusing justru membuka kesempatan buat klien yang lebih baik.
4. Hargai Waktu Kerja Lo
Sama seperti klien menghargai uang mereka, lo juga harus menghargai waktu dan tenaga lo.
5. Prioritaskan Kesehatan Mental
Kerja di website development itu butuh fokus dan konsentrasi. Klien yang toxic bisa menghabiskan energi mental sebelum lo sempat berkembang.
Developer pemula sering berpikir bahwa semua proyek itu rezeki. Tapi semakin lama lo bekerja, lo akan sadar bahwa kualitas klien jauh lebih penting daripada kuantitas proyek. Mengenali klien yang harus dihindari sejak awal akan membuat perjalanan karier lo jauh lebih ringan, lebih sehat, dan lebih memberikan ruang untuk berkembang.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar