Featured Post
10 Kesalahan Pengalihan (Redirect) Umum yang Harus Dihindari di Website
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pengalihan atau redirect adalah bagian penting dari manajemen situs web, terutama saat kamu mengganti struktur URL, domain, atau platform. Namun, banyak developer dan pemilik website melakukan kesalahan dalam konfigurasi redirect yang akhirnya merusak SEO, menurunkan ranking, dan membuat halaman sulit diindeks Google.
Kalau kamu pernah menemukan pesan di Google Search Console (GSC) seperti “Redirect Error”, “Page not indexed due to redirect”, atau “Redirect loop detected”, artikel ini akan membantu kamu memahami akar masalah dan cara memperbaikinya.
1. Redirect Loop (Pengalihan Berulang Tanpa Akhir)
Kesalahan paling umum adalah redirect loop, yaitu ketika sebuah halaman dialihkan ke halaman lain yang akhirnya kembali mengarah ke halaman pertama.
Contoh:
A → B → A
Akibatnya browser terus berputar tanpa henti hingga muncul error “Too many redirects”.
Solusi:
Periksa semua pengalihan dengan tool seperti Redirect Checker atau [Ahrefs Site Audit]. Pastikan rantai redirect hanya satu arah dan berakhir pada halaman tujuan final.
2. Redirect Chain Terlalu Panjang
Redirect chain terjadi ketika URL lama diarahkan ke URL kedua, lalu ke URL ketiga, dan seterusnya. Misalnya:
A → B → C → D
Semakin panjang rantai pengalihan, semakin besar peluang kehilangan PageRank dan memperlambat loading website.
Solusi:
Pastikan hanya ada satu langkah pengalihan (301 langsung ke halaman final). Ini membantu bot Google merayapi halaman lebih efisien dan menjaga nilai SEO tetap kuat.
3. Menggunakan Redirect 302 untuk Perubahan Permanen
Banyak developer masih keliru memakai redirect 302 (temporary) untuk perubahan permanen. Padahal, redirect 302 hanya bersifat sementara dan tidak memindahkan nilai SEO.
Solusi:
Gunakan redirect 301 (permanent) untuk perubahan URL jangka panjang seperti migrasi domain, penggantian slug artikel, atau rebranding website.
4. Tidak Mengupdate Internal Link Setelah Redirect
Redirect memang mengarahkan pengguna, tapi link internal yang masih menunjuk ke URL lama akan menciptakan rantai redirect yang tidak efisien.
Solusi:
Setelah melakukan pengalihan, update semua internal link agar langsung mengarah ke URL baru tanpa melewati redirect.
5. Redirect ke Halaman yang Tidak Relevan
Kesalahan fatal lainnya adalah mengarahkan halaman ke tujuan yang tidak sesuai topiknya. Misalnya, halaman “/tentang-kami” diarahkan ke “/produk”.
Google bisa menilai ini sebagai soft 404, artinya halaman seolah ada tapi tidak relevan dengan konten aslinya.
Solusi:
Pastikan setiap pengalihan tetap menjaga konteks dan relevansi konten agar SEO tetap kuat.
6. Lupa Menambahkan Canonical URL
Kadang redirect sudah benar, tapi tanpa canonical tag, mesin pencari kebingungan menentukan versi URL mana yang harus diindeks.
Solusi:
Tambahkan tag canonical di halaman final agar Google tahu URL utama yang ingin kamu tampilkan di hasil pencarian.
7. Tidak Menghapus Redirect Lama yang Tidak Digunakan
Seiring waktu, file .htaccess atau pengaturan redirect di server bisa menumpuk dengan aturan lama yang tidak lagi relevan. Hal ini menambah beban server dan bisa menyebabkan konflik pengalihan.
Solusi:
Lakukan audit redirect secara berkala dan hapus aturan yang sudah tidak dipakai.
8. Redirect ke Homepage untuk Semua Halaman Lama
Saat migrasi besar, beberapa developer mengarahkan semua halaman lama ke beranda. Strategi ini justru bisa menurunkan kepercayaan Google, karena pengalihan dianggap tidak relevan.
Solusi:
Arahkan setiap URL lama ke halaman baru yang paling mendekati konten aslinya, bukan sekadar ke homepage.
9. Tidak Memeriksa Status Code Redirect
Kadang developer mengira redirect sudah aktif padahal status code-nya salah. Misalnya, halaman terlihat dialihkan tapi statusnya 200 OK (bukan 301). Ini membuat Google tidak menganggapnya sebagai pengalihan permanen.
Solusi:
Gunakan alat seperti curl -I atau SEO tools untuk memastikan redirect kamu menghasilkan HTTP 301 atau 302 sesuai kebutuhan.
10. Mengabaikan Pengalihan HTTPS
Setelah migrasi ke HTTPS, banyak website lupa mengarahkan versi HTTP ke versi aman (HTTPS). Akibatnya, muncul duplikasi konten antara dua versi situs.
Solusi:
Gunakan aturan redirect permanen dari http:// ke https:// agar semua trafik masuk ke versi aman, dan pastikan sertifikat SSL aktif tanpa error mixed content.
🔍 Bonus: Cara Mengecek Redirect Error di Google Search Console
-
Buka GSC > menu Pages atau Crawl Issues.
-
Lihat laporan “Page with redirect” atau “Redirect error”.
-
Klik salah satu URL, lalu tekan Inspect URL untuk melihat jalur pengalihan.
-
Pastikan halaman final berstatus Indexed dan Crawled successfully.
-
Jika masih error, lakukan inspeksi ulang setelah perbaikan.
Kamu juga bisa menggunakan plugin seperti Redirection (WordPress) atau Netlify Redirect Rules untuk mengelola pengalihan tanpa menyentuh file server.
⚙️ Tips SEO Teknis untuk Redirect
-
Gunakan Redirect 301 untuk perubahan permanen.
-
Hindari lebih dari satu rantai pengalihan.
-
Pastikan halaman akhir load cepat (Core Web Vitals penting).
-
Update sitemap.xml setiap kali mengganti URL.
-
Gunakan Google Inspect Tool setelah memperbaiki redirect untuk validasi ulang.
🧩 Kesimpulan
Redirect adalah elemen vital dalam web development yang sering diremehkan. Kesalahan kecil seperti penggunaan kode yang salah atau pengalihan ke halaman tidak relevan dapat berdampak besar terhadap SEO dan pengalaman pengguna.
Dengan memahami dan menghindari 10 kesalahan redirect umum di atas, kamu bisa memastikan website tetap optimal di hasil pencarian Google, mencegah kehilangan trafik, dan menjaga reputasi domain tetap kuat.
Ingat bro — redirect yang benar itu ibarat jembatan halus antar halaman. Kalau jembatannya rusak, pengunjung dan Google pun bakal tersesat.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar