Featured Post

Tren CSS & Layout Modern 2025: Flexbox, Grid & Beyond

 Kalau gue flashback sedikit ke awal belajar front-end, rasanya lucu juga mengingat betapa ribetnya bikin layout cuma pakai float dan posisi manual. Dikit-dikit “clear: both;”, margin lari ke mana-mana, dan debugging layout bisa makan waktu berjam-jam. Tapi industri website development berkembang cepat, dan setiap tahun selalu muncul cara baru yang bikin hidup developer lebih gampang. Masuk ke tahun 2025, CSS sudah jauh lebih matang, elegan, dan terasa seperti alat superpower. Gue ngerasa bikin layout sekarang nggak lagi sekadar “nyusun kotak", tapi benar-benar menciptakan pengalaman visual yang fleksibel, responsif, dan smart. Flexbox sudah mapan, Grid makin kuat, dan CSS modern seperti container queries, subgrid, dan nesting bikin proses styling jadi lebih rapi dan manusiawi. Artikel ini gue tulis berdasarkan pengalaman gue mengerjakan project klien sepanjang 2024–2025. Kita bakal bahas tren layout terbaru yang paling relevan, gimana cara pakainya, dan kenapa lo wajib melek t...

Saat API Nggak Jalan dan Client Udah Nunggu — Cerita Panik Gue


😱 Pembuka — Detik-Detik Panik Sebelum Demo

Hari itu harusnya jadi hari yang membanggakan. Gue udah siap mau nunjukin hasil website ke client. Semua fitur udah gue test semalam dan jalan mulus. Tapi pas pagi-pagi gue buka lagi buat double check... 💀 API-nya nggak jalan!
Gue refresh berkali-kali, tetep blank. Console penuh error merah. Dan parahnya lagi, meeting sama client dimulai 30 menit lagi.

Bayangin, tangan dingin, jantung deg-degan, otak langsung mikir seribu kemungkinan: server down? endpoint berubah? token expired? atau... gue yang salah coding? 😅
Tapi di tengah kepanikan itu, gue inget satu hal — developer nggak boleh panik duluan. Karena panik gak bakal memperbaiki bug, cuma bikin tambah pusing ☕


🧩 Isi — Dari Panic Mode ke Debug Mode

Gue langsung buka terminal, ping server, dan hasilnya: no response.
Ternyata API dari pihak ketiga yang gue pakai lagi down. Dan sialnya, itu bagian utama sistem 😭.
Waktu tinggal 25 menit. Gue nggak bisa nunggu perbaikan dari mereka, jadi gue harus bikin solusi darurat.

💡 Ide gila muncul: buat mock server sementara.
Gue langsung buka Express.js, nulis beberapa endpoint tiruan (/api/users, /api/orders, dll) dengan data dummy biar UI tetap bisa ditampilkan.
Cuma butuh waktu 15 menit, dan website udah bisa simulasiin data real. Walau gak 100% akurat, setidaknya semua fitur bisa ditunjukin ke client dengan lancar.

Pas meeting dimulai, client gak sadar kalau API-nya sebenarnya “palsu” 🤫.
Dia cuma bilang,

“Wah, sistemnya udah bagus banget! Cepat dan responsif.”

Gue cuma bisa senyum kecil sambil dalam hati bilang, “Terima kasih, Express.js, udah nyelamatin reputasi gue hari ini.” 😎

Setelah presentasi selesai, gue baru balik lagi buat benerin sistem aslinya. Ternyata masalah utamanya di token expired gara-gara API key gak diperbarui otomatis.
Akhirnya gue pasang cron job biar refresh token tiap 24 jam. Sekarang API itu udah stabil, gak pernah kejadian lagi.


🧠 Penutup — Dari Panik Jadi Pengalaman Berharga

Sejak hari itu, gue punya prinsip baru:

“Kalau API down, jangan salahin server dulu. Lihat log, cari celah, dan siapin plan B.”

Pengalaman ini ngajarin gue pentingnya backup system dan mock data.
Bahkan, sekarang setiap proyek baru, gue selalu bikin versi offline dummy API dari awal — buat jaga-jaga kalau situasi darurat kejadian lagi.

Dan yang paling lucu? Setiap kali client itu nginget proyek tersebut, dia masih suka bilang,

“Website kamu waktu itu lancar banget dari awal.”
Gue cuma jawab, “Iya, alhamdulillah, lancar banget…” (padahal hampir pingsan 😅).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari Kesalahan: Kisah Website yang Drop Trafiknya – Proses Pemulihan

7 Framework JavaScript Terpopuler Tahun 2025

Cara Menggunakan AI untuk Meningkatkan Pendapatan Website