Featured Post
Dari Ide Kosong Jadi Website Utuh: Cerita Gue Bangun Portofolio Sendiri
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pembuka — Dari Kosong ke Arah yang Jelas
Semua berawal dari satu hal sederhana: rasa penasaran. Gue pengen punya website portofolio sendiri, tapi waktu itu gue bener-bener nggak tahu harus mulai dari mana. Gak ada desain, gak ada konsep, cuma niat pengen nunjukin karya-karya yang udah gue buat. Lucunya, malah dari “kekosongan” itu gue dapet arah baru. Gue mulai mikir, gimana kalau website ini bukan cuma pajangan, tapi juga jadi tempat gue belajar dan bereksperimen sama kode? Dari situ perjalanan ini dimulai — dari ide kosong sampai jadi website yang sekarang udah online dan dikunjungi orang.
Isi — Membangun Website dari Nol
Pertama-tama gue mulai dari hal paling dasar: menentukan identitas website gue sendiri. Gue pengen tampil beda tapi tetap ringan dan enak dilihat. Akhirnya gue pilih konsep minimalis, dengan fokus di konten dan pengalaman pengguna.
Gue pakai HTML, CSS, dan sedikit JavaScript, lalu seiring waktu upgrade ke Next.js biar performanya makin cepat. Yang paling seru adalah bagian desain. Gue bukan desainer, jadi awalnya semua tampak aneh banget — warna gak nyatu, font berantakan, dan layout-nya gak rapi. Tapi gue terus eksperimen, lihat referensi dari Dribbble dan Behance, sampai akhirnya gue nemuin “feel” yang cocok: clean, profesional, tapi tetap punya karakter.
Setelah tampilan mulai terbentuk, tantangan berikutnya adalah hosting. Gue coba deploy di Netlify, lalu pindah ke Vercel karena lebih cepat buat framework modern. Pas pertama kali berhasil online dan domain pribadi gue aktif, rasanya kayak lihat karya hidup sendiri. Gue inget banget malam itu, cuma duduk di depan layar sambil senyum sendiri — kayak ada kepuasan yang gak bisa dijelasin.
Selain tampilan, gue juga nambahin bagian blog pribadi di portofolio itu. Di situ gue nulis pengalaman coding, tips kecil, sampai cerita error-error lucu yang gue temuin. Aneh banget, tapi artikel sederhana kayak “cara gue ngatasi bug CSS” malah dapet traffic paling tinggi. Dari situ gue sadar, konten real dan jujur ternyata lebih ngena daripada tutorial yang kaku.
Penutup — Lebih dari Sekadar Website
Sekarang, kalau gue lihat lagi, website portofolio ini bukan cuma tempat buat pamer hasil kerja. Ini catatan perjalanan gue sebagai developer — tempat di mana gue belajar tentang kesabaran, konsistensi, dan pentingnya nyoba hal baru. Website ini tumbuh bareng gue. Kadang rusak, kadang dirombak, tapi selalu berkembang.
Buat lo yang lagi pengen mulai bikin website pribadi, pesan gue cuma satu: mulai aja dulu. Nggak perlu nunggu semua sempurna. Karena lo bakal belajar jauh lebih banyak dari prosesnya, bukan hasil akhirnya. Siapa tahu nanti lo juga punya cerita kayak gue — dari ide kosong, sampai punya website yang utuh dan hidup di dunia nyata.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar